Pagi yang cerah mengawali hari-hariku, saat
sayup-sayup kudengar suara ibu membangunkanku,
“Ayo bangun, sudah pukul enam. Apa kamu tidak
berangkat ke sekolah?” tanya ibu.
“Ya bu, sebentar!” jawabku.
Saat
aku bangun tiba-tiba kepalaku pusing, mungkin tadi malam aku tidur terlalu
malam.
“Wah, aku pasti terlambat ke sekolah, belum mandi,
sarapan, serta menata bukuku.” gumamku.
Padahal
sudah berkali-kali ibuku berpesan sebelum tidur, menata buku agar besok tidak
tegesa-gesa dan tidak ada yang tertinggal. Namun, dasar aku yang tidak mau
menurut kepada ibuku. Jadi beginilah nasibku, harus kutanggung akibatnya.
Akhirnya
dengan tergesa-gesa aku berangkat sekolah, dan lupa sarapan pagi.
“Bu, aku berangkat ke sekolah ya, Assalamualaikum.”
aku berpamitan kepada ibuku.
“Waalaikumsalam, hati-hati.” jawab ibuku.
Dengan perasaan jengkel
dan marah melepas kepergianku. Ibu hanya bisa menghela nafas panjang atas
kelakuanku, yang dibangunkan berkali-kali tetapi masih tetap saja tidur.
Akhirnya aku sampai di
sekolah. Bel baru saja berbunyi, untungnya tadi aku naik lyn yang super cepat,
sehingga aku tidak terlambat terlalu lama. Dengan hati deg-degan aku mengetuk
pintu.
“Assalamualaikum bu, maaf saya terlambat.”
“Wah, mimpi apa kamu sampai datang terlambat,
biasanya kan kamu datang paling awal.” Tegur guruku.
“Maaf bu, tadi saya bangun kesiangan. Karena banyak
tugas yang harus saya kerjakan sampai larut malam.” jawabku.
“Ya sudah, cepat duduk dan jangan ulangi lagi!” kata
guruku.
Lega
rasanya hatiku, Karena nasib baik masih berpihak kepadaku. Aku duduk di samping
temanku, namanya Irham.
“Al, kamu sakit ya, kok pucat sekali.” sapa Irham.
“Aku tidak apa-apa kok hanya sedikit pusing.”
jawabku.
Perjalanan
pertama aku jalani tanpa hambatan sedikitpun, karena guruku yang sabar dan baik
hati memberi penjelasan yang mudah dimengerti anak-anaknya. Lalu ketua kelas
memberi pengumuman.
“Pengumuman, semuanya berpakaian olahraga, karena Bu
Anis tidak bisa masuk kelas, jadi pelajaran Agama Islam diganti dengan pelajaran
penjasorkes.”
“Hore...” teriak anak-anak.
Setelah
berganti pakaian, aku dan murid-murid yang lainnya langsung menuju ke lapangan
untuk melaksanakan untuk melaksanakan kegiatan penjasorkes. Setelah sampai di
lapangan, pak guru meberikan pelajaran
kepada anak-anak.
“Ayo anak-anak, kita melakukan pemanasan terlebih
dahulu untuk melemaskan otot-otot kita.” kata beliau.
Matahari mulai panas
saat olahraga dimulai, tiba-tiba kepalaku mulai pusing, tetapi kupaksa untuk
tetap mengikuti kegiatan olahraga. lalu pak guru berkata.
“Anak-anak setelah pemanasan kita lari keliling
lapangan sebanyak dua kali”
“Aduh! mati aku, mana aku tadi tidak sempat
sarapan.” gumamku.
Setelah
berlari satu kali putaran tiba-tiba kepalaku semakin pusing, mataku
berkunang-kunang, lalu dunia terasa gelap, aku tak ingat apa-apa lagi. Setelah
sadar aku bertanya kepada temanku yang berada di UKS,
“Dimana aku.” tanyaku.
“Kamu sekarang berada di UKS.” jawab temanku.
Kulihat
disekelilingku, teman temanku yang baik mengelilingiku dan menatapku dengan
perasaan cemas.
“Hai, teman sakit apa kau?” tanya temanku.
“Tidak apa-apa kawan, aku Cuma lemas, tadi tidak
sempat sarapan.” jawabku.
Lalu
pak guru masuk ruangan, dan bertanya kepada penjaga UKS.
“Bu sakit apa Alif?” tanya beliau.
“Itu lho pak, kecapekan, kepanasan dan tidak
sarapan.” Jawab Bu Ila.
“Al, jangan ulangi lagi ya kalau kamu masih sayang
sama badanmu!” kata pak guru.
“Ya pak.” jawabku.
Pak
guru meninggalkan ruangan sambil berkata kepada bu guru,
“Titip anakku ya bu.” pesan beliau.
“Ya pak.” jawab Bu Ila.
Setelah
pak guru keluar dari ruangan UKS, Bu Ila membawakan sepiring nasi dan lauk ikan
kepadaku dan juga berkata,
“Al, makan dulu. Ini ada nasi biar badanmu agak kuat
dan cepat bisa mengikuti pelajaran berikutnya.” kata Bu Ila.
“Terimakasih bu, semoga Allah membalas kebaikan
ibu.” ucapku.
Setelah
badanku agak baikkan dan kepalaku tidak pusing lagi aku meminta izin ke Bu Ila
untuk kembali ke kelas.
“Bu, saya minta izin ke kelas”
“Ya, hati-hati, tapi apa kamu sudah kuat?” Tanya Bu
Ila.
“Sudah bu.” jawabku.
Sesampainya
di kelas, teman-temanku menyambutku,
“Al, kamu sudah baikkan, sudah duduk saja biar aku
saja yang maju kedepan untuk presentasi.” kata Irham teman sebangkuku.
Aku
sangat bersyukur mempunyai teman yang mengerti aku walaupun terkadang tingkah
lakunya membuatku jengkel, tetapi aku harus memahaminya bahwa setiap orang
pasti tidak mempunyai kekurangan. Bukankah tidak ada manusia yang sempurna.
Hanya Allah yang maha sempurna.
Setelah
pelajaran usai. Bel berbunyi, saat istiraha telah tiba, aku mengajak Irham
pergi keluar kelas.
“Ir, ayo ikut aku.” ajakku.
“Kemana?” tanya Irham.
“Sudah ikut saja, ayo!” kataku sambil menyeret
tangannya.
Sesampainya
di kantin, aku berkata,
“Ini kejutan untukmu, sudah kupesan mie spesial
kesukaanmu. Selamat ulang tahun ya, semoga panjang umur dan banyak rezeki.”
ucapku.
“Terimakasih Al, semoga kamu juga demikian. Kukira
kamu lupa kalau sekarang aku ulang tahun. Terimakasih ya Al, kamu memang
sahabat terbaikku.” balas Irham.
“Iya, sama-sama. Yuk kita makan selagi masih panas!”
kataku sambil mengambil saos dan sambal.
Sungguh senang hatiku bisa menyenangkan hati
orang lain. Tanpa berharap dia akan memberi
kejutan dihari Ulang tahunku kelak.
Sungguh, aku ikhlas melakukannya.
Pelajaran
demi pelajaran aku jalani seperti biasa sampai waktunya pulang, bel berbunyi
tanpa berakhirnya proses belajar hari ini. Aku bergegas pulang mencari mobil
jemputanku yang selalu setia dan mengantarku ke sekolah setiap hari. Itulah
angkot, teman setiaku.
Sesampainya
di rumah, ibu menyabutku,
“Bagaimana kamu tadi, terlambat ya?” tanya ibu.
“Ya bu, sedikit. Untung gurunya lagi baik hati.”
jawabku.
“Itu pelajaran buatmu, lain kali kalau dibangunkan
cepat bangun, lalu sholat, mandi dan makan, jangan selalu berkata Ya bu ,
tetapi masih tidur.” Nasihat ibuku.
“Ya bu, besok tidak kuulangi lagi. Aku sudah kapok
bu. parahnya, tadi aku pingsan saat olahraga bu.” ujarku.
“Lha! pasti karena kamu tadi tidak sempat sarapan ya?
dan lupa membawa bekal yang sudah ibu siapkan.” sela ibuku menebak jitu.
“ya bu, ibu benar sekali, aku memang tidak menuruti
kata ibu, akhirnya aku sendiri yang menanggung akibat ulahku sendiri. Aku janji
deh, akan selalu menurut apa kata ibu, janji!” sambil ku angkat jari kananku.
Ibu
tersenyum melihat tingkahku dan merasa senang karena aku mau mengakui
kesalahanku. Aku berjanji dalam hatiku, aku tidak akan lagi membuat kesal hati
ibuku dan ingin rasanya aku selalu menyenangkan hati ibuku. Karena seorang ibu
tidak akan menuntut anaknya terlalu banyak, cukup dengan menuruti nasihatnya
saja beliau sudah senang.
SELESAI
Tidak ada komentar: